Selasa, 13 Juli 2010
di
10.20
|
Tak semua pengharum ruangan
ternyata aman bagi kesehatan. Ada yang bisa membuat pusing, mual, hingga
muntah. Bahkan pewangi tertentu bisa mengganggu pertumbuhan janin!
Pemakaian produk apa pun yang merupakan zat-zat kimia, bila berlebihan atau berkontak langsung melalui sistem pernapasan, akan menimbulkan gangguan pada fungsi sistem saraf. Demikian dikemukakan Dr. rer. Nat. Budiawan dari Puska RKL (Pusat Kajian Risiko dan Keselamatan Lingkungan).
Pemakaian produk apa pun yang merupakan zat-zat kimia, bila berlebihan atau berkontak langsung melalui sistem pernapasan, akan menimbulkan gangguan pada fungsi sistem saraf. Demikian dikemukakan Dr. rer. Nat. Budiawan dari Puska RKL (Pusat Kajian Risiko dan Keselamatan Lingkungan).
Contohnya, pingsan dan gangguan sistem
pernapasan. Begitu juga jika kontak dengan kulit.
Bahan pewangi organik dapat dengan mudah
terserap melalui kulit dan menyebabkan efek pada kulit seperti iritasi
dan dermatitis. Meskipun komponen zat kimia aktif yang dikandung tiap
pewangi berbeda-beda. Itulah mengapa efek bahayanya bisa berbeda-beda
tergantung pada komposisi dan bahan aktif aromanya.Di pasaran ada
berbagai jenis pewangi. Ada yang padat (biasanya pewangi yang
diperuntukkan untuk toilet dan lemari), ada yang cair, gel dan ada juga
yang semprot. Sementara penggunaannya, ada yang digantungkan, ada yang
diletakkan begitu saja, atau ditempatkan di bibir AC maupun kipas angin.
Menurut Budiawan, bahaya pewangi umumnya
tergantung pada jenis/bentuknya maupun pewangi dan komponen-komponen
kimia aktif yang terkandung di dalamnya, disamping faktor pengaruh lain,
seperti jalur paparannya. Dari segi bentuk, sediaan yang mudah menguap
(aerosol) lebih berisiko bagi tubuh, terutama jika terjadi kontak
langsung melalui sistem pernapasan. Namun demikian kontak yang terjadi
melalui kulit pun bukan tak berisiko mengingat zat pewangi akan begitu
mudah memasuki tubuh.
Asal tahu saja, di pasaran ada 2 jenis
zat pewangi, yakni yang berbahan dasar air dan berbahan dasar minyak.
Pewangi berbahan dasar air umumnya memiliki kestabilan aroma (wangi)
relatif singkat (sekitar 3-5 jam). Itulah mengapa pewangi berbahan dasar
air relatif lebih aman bagi kesehatan dibandingkan pewangi berbahan
dasar minyak. Memang, pewangi berbahan dasar minyak lebih tahan lama
sehingga harga jualnya bisa lebih mahal. Pewangi jenis ini biasanya
menggunakan beberapa bahan pelarut/cairan pembawa, di antaranya
isoparafin, diethyl phtalate atau campurannya.
Sementara jenis pewangi yang
disemprotkan umumnya mengandung isobutane, n-butane, propane atau
campurannya. Untuk bentuk gel disertai kandungan bahan gum. Adapun zat
aktif aroma bentuk ini umumnya berupa campuran zat pewangi, seperti
limonene, benzyl acetate, linalool, citronellol, ocimene, dan
sebagainya.
Menurut Budi, bagi prinsipnya semua zat
pewangi tersebut berisiko terhadap kesehatan. Terutama pada mereka yang
berada pada kondisi rentan, seperti ibu hamil, bayi, dan anak, ataupun
orang yang sangat sensitif terhadap zat-zat pewangi. Sayangnya, baru
sekitar 80% zat pewangi belum teruji keamanannya terhadap manusia. Di
sinilah kewaspadaan konsumen betul-betul dituntut. Ada pun pewangi yang
sudah dilarang The International Fragrance Association (IFRA) di
antaranya pewangi yang mengandung musk ambrette, geranyl nitrile, dan
7-methyl coumarin. Sedangkan yang berbentuk gel dilarang bila mengandung
zat-zat pengawet yang berbahaya bagi kesehatan, seperti formaldehyde
dan methylchloroisothiozilinone. Jadi, tidak semua pewangi memberi efek
negatif bagi kesehatan. Artinya, kita masih bisa menggunakan pewangi
yang beredar di pasaran.
Hindari Sinar Matahari
Secara kasat mata mungkin sulit untuk
mengetahui mana pewangi yang aman dan mana yang berbahaya. Sebagai
tindak pencegahannya, konsumen harus cerdik memilih pewangi dengan merek
terdaftar/teregistrasi. Dengan demikian keamanannya minimal cukup
terjamin di bawah lembaga pengawas/pemberi izin. Tentu saja demi
keamanan konsumen, badan pengawas harus benar-benar mengontrol peredaran
pewangi ini. Terlebih terhadap pewangi dengan kandungan zat-zat
tertentu yang memang diketahui berisiko bagi kesehatan. Mengapa hal ini
perlu ditekankan? Tak lain, tegas Budi, pihak produsen kerap tidak mau
mencantumkan pada kemasan mengenai komposisi bahan-bahan dalam pewangi
yang diproduksinya.
Padahal semestinya produsen pewangi
menyadari pentingnya keamanan bagi konsumen. Produsen yang seperti ini
tentu akan menggunakan zat-zat yang benar-benar sesuai dengan mengikuti
aturan lembaga pengawas dan perizinan terkait, dalam hal ini
BPOM/Depkes. Atau sekurang-kurangnya mengikuti apa yang ditetapkan
lembaga Internasional IFRA. Dengan begitu, pewangi yang mereka produksi
dan edarkan pastilah memiliki kompetensi terhadap zat pewangi yang
diizinkan.
Untuk konsumen awam, Budi menganjurkan
agar senantiasa cermat membaca label atau registrasi produk. Selain itu,
gunakan pewangi seperlunya saja sesuai kebutuhan. Menggunakannya pun
jangan berlebihan sambil selalu mengedepankan kehati-hatian dalam
memilih produk. Jangan lupa untuk menyimpannya jauh dari jangkauan
anak-anak, terutama balita. Yang tak kalah penting untuk diperhatikan,
hindari produk pewangi dari kontak langsung dengan sinar matahari guna
mencegah terjadinya perubahan kimiawi. Itulah mengapa hindari area yang
langsung terpapar sinar matahari sebagai tempat penyimpanan pengharum.
Ganggu Pertumbuhan Janin
Pewangi dapat saja memicu gangguan
pernapasan ataupun asma, sakit kepala hingga kemungkinan gangguan
pertumbuhan janin pada ibu hamil. Tapi hal ini akan terjadi jika memakai
zat pewangi yang sudah dilarang penggunaannya sebagaimana yang
direkomendasikan.
Hindari Pemakaian Kamper dari
Kebutuhan Bayi
Menurut Budi, berdasarkan hasil studi
terdahulu (WHO), jika zat kamper (naftalen) kontak langsung pada bayi
secara perkutan (penyerapan melalui kulit) dan paparannya sering serta
berlebihan dalam penggunaaannya, dapat menyebabkan peningkatan kadar
billirubin dalam darah yang dapat mengganggu sistem saraf pusat.
Lebih Aman "si Penyerap"
Sebenarnya, tegas Budiawan, asalkan
komponen zatnya sesuai fungsinya, maka antibau sebenarnya sudah memadai
untuk dimanfaatkan. Antibau ini biasa kita lantaran kemampuannya
menyerap bau dan kelembapan udara di kamar, mobil, maupun kulkas. Pada
prinsipnya, zat antibau bekerja dengan cara menyerap zat-zat penyebab
bau dan kandungan air di dalam udara. Kandungan zat antibau ini biasanya
berupa karbon aktif, silika gel atau bahan sejenis polimer dan kadang
ditambahkan pula zat pewangi. Itulah sebabnya, dilihat dari segi
keamanannya, produk jenis ini lebih aman daripada pengharum/pewangi.
"Produk ini mekanisme kerjanya hanya
menyerap. Sedangkan pewangi mekanisme kerja zatnya melepaskan zat
pewangi." Hanya saja agar penggunaannya efektif, perhatikan benar masa
pakainya. Soalnya, zat antibau bekerja berdasarkan penyerapan dan
memiliki kapasitas terbatas. Artinya, bisa mencapai tingkat kejenuhan.
Beberapa produk memberi indikator khusus
tanda sudah jenuh. Misalnya ada perubahan warna dari warna asalnya atau
menunjukkan indikasi lainnya. Jika sudah jenuh mau tidak mau harus
diganti. Meski tidak tertutup kemungkinan ada beberapa produk zat
penyerap yang tetap masih bisa digunakan sekalipun sudah jenuh. Caranya?
Lebih dulu dengan mengaktifkannya kembali lewat pemanasan oven dengan
suhu mencapai sekitar 105 derajat Celcius hingga kembali ke keadaan
semula.
Diposting oleh
ARIP PRASETYO OK
Label:
WARNING
0 komentar :
Posting Komentar