M@XGNET
Ilmu bisnis dari para narasumber (Ir. Ciputra, H. Alay, Eri Sudewo, Bob Sadino, Sandiaga Uno, Naomi Susan, Purdie E. Chandra) saat acara Milad IV komunitas Tangan Di Atas (TDA) di Jakarta yang luarbiasa tersebut hanya akan saya sajikan poin-poin pokoknya, namun saya yakin kawan-kawan saya yang luar biasa pasti sudah bisa menangkap maknanya.

IR. CIPUTRA:

1. Kalau anda tidak punya “iman” atau keyakinan, anda tidak bisa sukses.
2. TDA harus memberikan pelatihan entrepreneurship. Jangan hanya menyuruh orang berenang tanpa mengajari cara berenang.
3. Enterpreneur bukan dari turunan, tapi dari disiplin yang bisa dipelajari.
4. Seorang entrepreneur bisa mengubah sampah & kotoran menjadi emas.
5. Anda pasti bisa menjadi world class entrepreneur kalau
rajin mengikuti pelatihan. Jadilah world class entrepreneur by design & by training
6. Jangan puas berenang di kolam kecil, jadilah juara renang di laut lepas. Anda bisa

H. ALAY:

1. Barangsiapa menguasai bahasa suatu kaum, ada peluang menjadi raja kaum itu.
2. Bagi seorang entrepreneur, setiap apa pun yang terjadi, apa pun yang ditemui, adalah peluang.
3. Tidak ada lawan bisnis. Yang ada adalah mitra bisnis (walaupun core bisnisnya sama).
4. Berbisnislah dengan nurani dan yakinlah pertolongan Allah.

ERI SUDEWO:

1. Kalau mau jadi world class entrepreneur tidak perlu capek-capek melihat ke mana-mana, konsen saja pada kualitas produk sendiri.
2. Disiplin, disiplin, disiplin. Anda tidak bisa sukses kalau tidak bisa mendisiplinkan diri sendiri.

SANDIAGA UNO:

1. Just do it. Tekun. Teliti. Belajar dari kesalahan. Tidak pernah menyerah.
2. Memulai usaha itu tidak pernah mengenai modal. Modal itu urusan ke-5, ke-6, ke-10.
3. Jangan takut serbuan produk China. Produk kita mampu bersaing.
4. 12 th terakhir ekonomi Indonesia tumbuh pesat. Kalau tidak ada sesuatu yg fatal, tahun 2010 Indonesia akan jadi 10 besar negara ekonomi terkuat. Jumlah kalangan menengah-atas akan tumbuh pesat. Jadi jangan berpikir membuat produk-produk murah (an) untuk menyaingi produk China.
5. Keterbatasan- keterbatasan itu tidak ada, kitalah yang menciptakannya di dalam kepala kita.
6. Mimpilah jadi nomor satu, kalaupun meleset masih jadi tiga besar.
7. Perusahan-perusahaa n besar punya ciri khas: fokus, tekun dalam bidangnya, dan mengalahkan saingan-saingannya.
8. Kalau jadi karyawan kita tidak mungkin bisa “membaca ke depan”. Hanya pengusaha yang bisa melakukannya.

NAOMI SUSAN:

1. Utang/keterbatasan memiliki kekuatan: memotivasi kita segera keluar dari masalah. So, be negative!
2. Seringkali ide bisnis baru yg luar biasa justru jadi bumerang.
3. Harus selalu menerapkan profesionalisme, jangan personalisme.
4. Ada yg bilang bisnis itu susah? Mulailah dari yang mudah! Bisnis itu rumit? Lakukan bisnis yang sederhana! Bisnis butuh modal banyak? Lakukan bisnis bermodal kecil. Menjadi pebisnis harus berpendidikan tinggi? Orang tidak berpendidikan pun bisa berbisnis. Berbisnis harus punya keahlian? Tidak selalu. Pebisnis harus bekerja keras? Siapa suruh?!
5. Terkait no 4 Bu Naomi memutar video bisnis Bu Icih, “pedagang ndheprok” sate cecek/kikil di Pasar Baru. Sehari Bu Icih bisa menjual sate cecek 1.000 tusuk @ Rp 1.000 plus aneka kue & gorengan. Khusus ttg sate cecek, dari 1 kg cecek seharga Rp 15.000 plus biaya bumbu dll Rp 5.000, dapat dihasilkan 100 tusuk sate cecek. Silakan hitung sendiri berapa keuntungan Bu Icih sehari? Sebulan? Setahun? Contoh bahwa bisnis itu mudah, sederhana, bisa dilakukan siapa saja, tidak butuh modal banyak, untungnya besar!
6. Buat rencana bisnis. Amankan modal. Potong biaya. Dapatkan laba tunai (non piutang). Pelihara pelanggan produktif. Tuai referral. Lakukan iklan & promosi. Manfaatkan koneksi. Bentuk system. Bersikap fleksibel.
7. Miracles are only for the braves.
8. Opportunity is nowhere now, here.

BOB SADINO:

1. Jangan sebut istilah UKM, nanti mindset-nya kecil terus. Ganti istilah UKM dengan UBB (Usaha Bakal Besar).
2. Saya berbisnis tanpa rencana, tanpa tujuan, tanpa kerja keras.
3. Saya mulai bisnis tanpa rencana. Begitu mulai bisnis, merencanakan apa yang dilakukan sehari besok. Cukup sehari ke depan.

PURDIE E. CHANDRA:

1. Jadi pengusaha gak harus pintar sekolahnya. Kalo bisa IP-nya < 3. Gak lulus gak apa-apa. Orang pinter biasanya penakut, terlalu banyak berhitung-hitung.
2. Pakai otak kanan. Kreatif. Meloncat-loncat. Intuitif.
3. Cara paling gampang mengembangkan otak kanan, pakai teknik 9A: action, action, action, action, action, action, action, action, action!
4. BISNIS = Berani Investasi Sedekah Nekad InsyaAllah Sukses.
5. BOSS = Berani Optimis Sedekah Selamanya
6. Anak kecil bisa berjalan karena tidak takut resiko. Jangan pernah berpikir ingin meminimalkan resiko.
7. Berzakatlah lebih dari 2,5%. Kelebihannya merupakan “indent” untuk rezeki berikutnya.
8. Menciptakan masa depan itu dengan pola pikir masa depan, bukan dengan pola pikir masa sekarang, apalagi masa lalu.
9. Harus berani utang, makin banyak makin baik, biar makin banyak yang mendoakan usaha kita berhasil


Jurus Orang untuk cepat Sukses dengan menggunakan Faktor Kali

Menurut buku financial Revolution karangan Tung Desem Waringin, beliau mengatakan kalau orang kaya itu dalam mengumpulkan uang, bisa ribuan kali lebih banyak daripada orang biasa dalam waktu yang sama, karena mereka menggunakan Faktor kali. Faktor kali ini dapat mendongkrak nilai tambah kita dalam waktu seketika, sehingga kita bisa menyediakan bagi orang yang membutuhkannya. Untuk mengetahui hebatnya faktor kali itu, mari kita lihat bersama-sama angka-angka dasar yang bisa membuat seseorang bisa mempunyai uang Rp. 10 Milliar :

1. Menjual sesuatu kepada seseorang dengan untung Rp. 10 Milliar.
2. Menjual kepada 10 Orang dengan untung @ Rp. 1 Milliar.
3. Menjual kepada 100 Orang dengan untung @ Rp. 100 Juta.
4. Menjual Kepada 1000 Orang dengan untung @ Rp. 10 Juta.
5. Menjual kepada 10.000 Orang dengan untung @ Rp. 1 Juta.
6. Menjual kepada 100.000 orang dengan untung @ Rp. 100 Ribu.
7. Menjual kepada 1.000.000 orang dengan untung @ Rp. 10 Ribu.
8. menjual kepada 10.000.000 orang dengan untung @ Rp. 1000.
9. Menjual kepada 100.000.000 orang dengan untung @ Rp. 100.
10. Menjual kepada 1.000.000.000 orang dengan untung @ Rp. 10.
Atau
1. Menjual kepada 1 orang dengan untung @ Rp. 1 Milliar sebanyak 10 kali.
2. Menjual kepada 10 orang dengan untung @ Rp. 100 Juta sebanyak 10 kali.
3. Menjual kepada 100 orang dengan untung @ Rp. 10 Juta sebanyak 10 kali.
4. Menjual kepada 1000 orang dengan untung @ Rp. 1 Juta sebanyak 10 kali.
5. Menjual kepada 10.000 orang dengan untung @ Rp. 100 ribu sebanyak 10 kali.
Atau
1. Menjual kepada 1.000 orang dengan untung @ Rp. 100 ribu sebanyak 100 kali.
2. Menjual kepada 10.000 orang dengan untung @ Rp. 10 ribu sebanyak 100 kali.
3. Menjual kepada 100.000 orang dengan untung @ Rp. 1.000 sebanyak 100 kali.

Ilustrasi: Cerita sukses tak selalu bermula dari ide besar. Banyak
 sukses yang justru lahir dari gagasan sepele. Ada juga yang menangguk 
untung besar lantaran kelihaiannya mengadopsi dan meniru temuan orang 
lain. Tetapi tak sedikit juga yang meraih sukses karena keberaniannya 
menanggung risiko dan kreativitasnya dalam melakukan inovasi terhadap 
sesuatu yang sudah ada. (foto: google)
Ilustrasi: Cerita sukses tak selalu bermula dari ide besar. Banyak sukses yang justru lahir dari gagasan sepele. Ada juga yang menangguk untung besar lantaran kelihaiannya mengadopsi dan meniru temuan orang lain. Tetapi tak sedikit juga yang meraih sukses karena keberaniannya menanggung risiko dan kreativitasnya dalam melakukan inovasi terhadap sesuatu yang sudah ada. (foto: google)
Penyebab-Penyebab Kegagalan dalam Berbisnis
Setiap orang tentunya tidak ingin gagal dalam semua aspek kehidupan apalagi masalah bisnis. Tetapi, semua adalah sebuah proses menuju keberhasilan. Kita juga harus menyadari bahwa Bisnis yang gagal adalah sebuah kewajaran. Akan tetapi, tentunya ada factor yang menimbulkan kegagalan tersebut. Untuk mengetahui lebih dalam apa saja faktor-faktor kegagalan dalam berbisnis, di bawah ini kami cantumkan serangkaian faktor-faktor yang dapat menyebabkan kegagalan dalam berbisnis:
Pertama:
“Rencana strategi yang tidak realistis”.
Kedua:
“Layanan pelanggan yang buruk”.
Ketiga:
“Marketing yang tidak memadai”.
Keempat:
“Pelatihan karyawan yang buruk”.
Kelima:
“Pengeluaran yang berlebihan”.
Keenam:
“Pencatatan keuangan yang buruk”.
Ketujuh:
“Tidak ada cadangan tunai atau modal kerja.”
Kedelapan:
“Masalah Pajak.”
Kesembilan:
“Kurangnya pengetahuan bisnis”.
Cerita sukses tak selalu bermula dari ide besar. Banyak sukses yang justru lahir dari gagasan sepele. Ada juga yang menangguk untung besar lantaran kelihaiannya mengadopsi dan meniru temuan orang lain. Tetapi tak sedikit juga yang meraih sukses karena keberaniannya menanggung risiko dan kreativitasnya dalam melakukan inovasi terhadap sesuatu yang sudah ada.
Dalam bukunya, Emily Ross & Angus Holland mengisahkan hal ini cukup menarik. Ia juga memilah-milah kisah sukses atas dasar sejarah dan kecenderungannya, sehingga mempermudah pembaca untuk memahami. Sebagai contoh adalah kisah-kisah sukses yang diaraih karena kekuatan adaptasi modelnya. Ross & Holland menyebutkan Starbucks yang berevolusi dari hanya sebuah toko penjual biji kopi, dan Coca Cola yang berjaya setelah dikemas dalam botol.
Keberanian mengambil risiko oleh para kreator dan inovator juga menjadi kisah tersendiri. Keberhasilan Apple menjadi salah satu contoh besarnya. Sang penemu, Steve Wozniak, sempat ditolak ketika mengajukannya ke Hewlett-Packard (HP). Ia kemudian menyodorkannya kepada Steve Jobs yang kemudian menjadi mitranya. Dengan modal uang dari hasil menjual mobil VW milik Wozniak dan kalkulator HP milik Jobs, mereka membiayai desain pertama Apple saat Jobs berusia 21 tahun dan Wozniak lima tahun lebih tua. Siapa sangka kalau kini Apple menjelma menjadi sebuah usaha besar di dunia.
Sementara itu banyak juga sukses besar yang bermula dari gagasan sepele. Liquid Paper adalah salah satu contohnya. Produk ini bermula dari kebingungan sang penemunya, Bette Graham. Saat itu, seorang ibu yang bekerja sebagai sekretaris ini kerap stres lantaran pekerjaannya dalam mengetik. Bayangkan, bagaimana pusingnya dia ketika harus membuat hasil ketikannya rapi dan bersih, sementara ketikannya kerap salah.
Suatu ketika tanpa sengaja dia melihat seorang tukang cat sedang mengecat tengah mengecat. Tukang cat itu ternyata tak sengaja menodai hasil kerjanya. Untuk membersihkannya, pengecat itu kemudian menimpa noda itu dengan cat putih.
Dari situ, Graham terpikir untuk melakukan hal serupa. Dia mencoba menggunakan cat tempera putih berbahan dasar air dan kuas tipis untuk menutup kesalahan ketiknya. Ternyata berhasil. Pada tahun 1957 ketika teman-temannya mengetahui hal ini, Graham mulai mengomersialkan, hingga mampu menjual sekitar 100 botol per bulan. Hebatnya, 15 tahun kemudian, perusahaan yang didirikan berhasil menjual sedikitnya lima juta botol per tahun.
Yang tak kalah menarik adalah sukses besar yang terjadi karena kecerdikannya dalam mengadopsi ide orang lain. Contohnya Dietrich Mateschitz yang mengubah tonik menyehatkan asal Thailand, si kerbau air merah alias Krating Daeng, menjadi manis dan berbuih yang cocok untuk orang-orang Austria. Ia lantas mengemasnya lebih menarik dalam kaleng ramping, dan memberinya merek Red Bull. Dengan klaim sebagai ‘minuman cerdas’ yang mampu meningkatkan kinerja seseorang, Red Bull menangguk sukses besar. Padai tahun 2006, penjualannya mencapai 3,5 miliar dolar AS, dan kini diperkirakan jauh melebihi angka itu.
Sukses juga bisa terjadi pada seseorang yang memiliki kemampuan berinovasi dan melakukan eksekusi lebih baik terhadap ide yang sudah ada. Michael Dell adalah salah satu contohnya. Ia berhasil menembus industri yang memuja inovasi tanpa membuat inovasi dengan tangannya sendiri. Dia mulai membangun komputer rakitan di kamar kosnya dan menjualnya dengan harga relatif murah melalui pos. Kini, siapa tak kenal komputer Dell?
Langkah sama terjadi pada Sergey Brin dan Larry Page. Ia melakukan inovasi yang serupa, sehingga Google-nya kini sukses menyaingi mesin pencari yang lebih dulu ada, seperti Yahoo!, Alta Vista, dan Lycos.
Dalam buku ini juga diungkapkan tentang para penemu yang kurang beruntung. Sebaliknya keuntungan justru dinikmati orang lain. Salah satu contoh adalah Coco Chanel. Ketika parfum pada umumnya dibuat dengan satu jenis bunga, Coco menemukan ramuan parfum yang luar biasa: hasil perpaduan beberapa jenis bunga yang kemudian menghasilkan Chanel No. 5. Tapi sayang, akibat kesulitan modal, Coco haus berkongsi dengan keluarga Pierre Wertheimer, yang mempunyai infrastruktur untuk memproduksi parfum berskala besar. Hasilnya? Keluarga Wertheimer yang justru menikmati kekayaan, bahkan hingga cucunya yang sekarang.
Seratus jurus sukses yang diungkapkan dalam buku ini bisa menjadi inspirasi bagi pembaca, bahwa sukses besar bisa terjadi pada siapa saja dan dengan cara apa saja. Yang penting adalah ketekunan dan keberanian dalam menghadapi risiko.
Diposting oleh ARIP PRASETYO OK Label:

0 komentar :

MARVEL and SPIDER-MAN: TM & 2007 Marvel Characters, Inc. Motion Picture © 2007 Columbia Pictures Industries, Inc. All Rights Reserved. 2007 Sony Pictures Digital Inc. All rights reserved. Template distributed by BloggerTemplatesWidgets